
Analisis Awal Era Ruben Amorim di Manchester United: Antara Data, Angka, dan Hasil di Lapangan
Gobetnews – Gobetmania Kedatangan Ruben Amorim di Old Trafford nandain babak baru buat Manchester United. Start musim ini emang belum sepenuhnya meyakinkan, tapi manajemen klub negesin proyek jangka panjang tetep berjalan. Sir Jim Ratcliffe bahkan turun langsung nemuin Amorim buat nunjukin dukungan, meski sorotan publik makin tajam.
Amorim sendiri negesin bahwa pertemuan itu cuma normal doang. Tapi, ada satu hal menarik: penekanan pada data dan metrik performa. Si pelatih beberapa kali nyebutin statistik sebagai dasar evaluasi timnya, dari jumlah tembakan sampe expected goals (xG).
Dengan lima pertandingan udah berlalu, muncul perdebatan: apakah data yang keliatan menjanjikan beneran nyerminiin progres United, atau cuma ilusi dari sampel kecil yang bisa nyesatin?
Data Serangan: Produktif Tapi Kurang Tajam
Manchester United nyatetin 15,8 tembakan dan 1,9 xG per laga, angka tertinggi di Premier League sejauh ini. Angka itu sebagian dipengaruhi dua penalti Bruno Fernandes, tapi tanpa penalti sekalipun United masih ada di posisi kedua di bawah Manchester City.
Kehadiran lini depan yang lebih cepet dan fisikal bikin United sering nekan pertahanan lawan. Statistik sentuhan di kotak penalti dan umpan progresif juga meningkat, nandain pola serangan yang lebih agresif. Amorim nilai timnya main baik sampe masuk area kotak penalti, cuma penyelesaian akhir masih bermasalah.
Hal ini terbukti dari konversi tembakan yang baru nyampe 4 persen, salah satu yang terendah di liga. United juga tercatat underperforming dalam xG sebesar -1,1, nandain peluang yang seharusnya jadi gol belum bisa dimaksimalin.
Pertahanan: Lebih Solid Tapi Masih Rentan
Secara kuantitas, United cuma kebobolan 46 tembakan, kelima terbaik di liga. Angka itu kontras sama era sebelumnya pas mereka pernah biarin Brentford nembak lebih dari 30 kali dalam satu laga. Amorim berhasil perketet lini belakang, meski masih ada celah signifikan.

Rata-rata xG per tembakan lawan nyampe 0,16, tertinggi di liga. Artinya, meski jumlah peluang lawan dikit, kualitasnya sangat berbahaya. Gol Riccardo Calafiori buat Arsenal dan peluang emas Erling Haaland di derby jadi contoh nyata gimana satu momen bisa ngubah arah data.
Sejauh ini, United udah kebobolan 7,3 xG, catatan keenam terburuk di liga. Tapi sebagian besar angka itu dipengaruhi dua peluang besar tadi, yang secara statistik distorsi keseluruhan data pertahanan mereka.
Pola Bermain: Lebih Cepet, Lebih Langsung
Musim lalu, United adalah tim dengan sentuhan terbanyak di area pertahanan sendiri. Sekarang, dalam lima laga pertama, mereka justru termasuk yang paling sedikit nyentuh bola di area itu. Perubahan ini nunjukin Amorim ngurangin risiko kehilangan bola di zona berbahaya.
Sebagai gantinya, United lebih sering mainin bola panjang. Bayindir, misalnya, beberapa kali ngeluncurin umpan langsung yang berbuah peluang. Tempo permainan pun meningkat drastis, dari yang sebelumnya lamban jadi salah satu yang tercepet di liga.
Tapi gaya ini masih perlu diuji konsistensinya. Main cepet lawan tim besar kayak Arsenal dan City mungkin efektif, tapi ngadepin tim dengan blok rendah kayak Brentford atau Sunderland bakal jadi ujian beda.
Sampel Kecil, Pertanyaan Besar
Lima laga pertama kasih banyak data, tapi juga banyak noise. Penalti, kartu merah, dan peluang ekstrem kayak punya Haaland atau Calafiori bikin angka bisa keliatan lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan.
Baca Juga : Aksi Gak Terduga Lamine Yamal Usai Ballon d’Or 2025: Traktir Burger buat Rombongan Barcelona
Yang jelas, United udah nunjukin perbaikin dalam hal pressing, kualitas serangan, dan distribusi bola. Tapi masalah efektivitas finishing dan konsistensi bertahan masih jadi pekerjaan rumah besar.
Buat Ratcliffe dan jajaran direksi, data ini cukup kasih sinyal positif buat lanjutin proyek jangka panjang. Buat Amorim, tantangan berikutnya adalah nerjemahin tren statistik itu jadi kemenangan reguler, bukan cuma angka di atas kertas doang!