
Evolusi Gelandang Bertahan: Dari Penjaga Garis Belakang Jadi Senjata Rahasia
Gobetnews – Gobetmania Dulu, gelandang bertahan dikenal sebagai jangkar, pelindung lini belakang, dan pengatur tempo dari kedalaman lapangan. Mereka bertugas nutup ruang, motong serangan, dan nyerahin urusan nyerang ke pemain lain. Tapi sekarang, lanskap sepak bola udah bergeser.
Peran yang dulu statis sekarang jadi dinamis. Pemain di posisi terdalam sekarang gak cuma bertahan, tapi juga punya kebebasan nyerang, bahkan nyetak gol. Nama-nama kayak Rodri, Ryan Gravenberch, sampe Sandro Tonali jadi contoh nyata evolusi ini.
Transformasi ini bukan cuma tren sementara doang. Dia lahir dari perubahan taktik global, dari era 4-4-2 yang konservatif menuju 4-3-3 dan 4-2-3-1 yang kasih ruang lebih gede buat kreativitas dan pergerakan vertikal.
Dari Vieira ke Makelele: Awal Pergeseran Peran
Dua dekade lalu, gelandang bertahan kayak Patrick Vieira atau Roy Keane masih dikenal dengan gaya box-to-box. Mereka kuat, agresif, dan sering naik bantu serangan. Tapi, seiring masuknya pola 4-3-3 di pertengahan 2000-an, peran ini mulai tersegmentasi.
Claude Makelele jadi simbol gelandang bertahan murni. Dia nyaris gak pernah maju, fokus jaga keseimbangan dan ngawal garis belakang. Di era itu, istilah “Makelele Role” lahir sebagai definisi baru: disiplin, gak mencolok, tapi vital.
Kemudian dateng Sergio Busquets, yang kasih warna beda. Dia bawa kecerdasan posisi dan kemampuan teknis tinggi. Tapi, pergerakannya lebih sering ke belakang, bukan ke depan. Peran gelandang terdalam makin identik sama kehati-hatian.
Rodri dan Generasi Baru: Saat Nomor 6 Jadi Pemecah Kebuntuan
Sekarang, wajah baru peran ini lahir dalam sosok Rodri. Pemenang Ballon d’Or 2024 itu nunjukin gimana gelandang bertahan bisa jadi senjata serangan. Meski kadang main sebagai bek tengah, Rodri sering muncul di tepi kotak penalti, nyetak gol penting lawan tim dengan blok rendah.
Rodri bukan pengecualian. Patri Guijarro di sepak bola wanita mainin hal serupa. Dia tampil dominan, tapi tetep punya naluri nyerang yang kuat. Keduanya ngelambanginn kebebasan baru buat gelandang terdalam buat jelajah dan nyiptain peluang.
Fenomena ini nandain perubahan gede: gelandang terdalam bukan lagi cuma penghubung, tapi juga kreator sekaligus eksekutor.

Contoh Konkret: Gravenberch dan Krejci Pecah Kebuntuan
Perubahan ini tergambar jelas di Premier League pekan lalu. Ryan Gravenberch buka skor di derby Merseyside, mulainn dari posisi dalam, kasih umpan, terus ngelakuin tusukan ke depan buat nyambut umpan Mohamed Salah.
“Musim ini, gue pengin lebih banyak gol dan assist,” ujar Gravenberch ke TNT Sports. “Pelatih kasih gue kepercayaan buat maju ke depan. Itulah kekuatan gue.”
Gak lama berselang, Ladislav Krejci dari Wolves nyetak gol serupa lawan Leeds. Dia lari dari posisi terdalam, ngecohin penjagaan, dan nyelesain peluang lewat kombinasi umpan cepet. Gelandang bertahan gak lagi pasif; mereka sekarang bagian dari orkestrasi serangan.
Dari Tonali ke Caicedo: Gelombang Baru Gelandang Dinamis
Contoh lain dateng dari Sandro Tonali di Newcastle. Golnya ke gawang Southampton musim lalu nunjukin rotasi dinamis antar-gelandang. Dari duel udara sederhana, dia tiba-tiba ngelakuin lari vertikal, nerima umpan terobosan, dan nyetak gol.
Fenomena ini makin meluas. Ryan Gravenberch, Moises Caicedo, dan Martin Zubimendi udah nyetak dua gol musim ini. Joao Palhinha, Casemiro, sampe Idrissa Gueye juga ikut nyumbang skor. Jumlah gol gelandang bertahan sekarang nyaingin pemain sayap kiri.
Bandingin sama masa Makelele yang cuma nyetak lima gol sepanjang kariernya, atau Busquets yang nyetak sebelas gol dari hampir lima ratus laga. Angka-angka itu nunjukin jurang perbedaan yang mencolok antara dua era.
Era Baru Gelandang Bertahan: Antara Taktik dan Keberanian
Sepak bola modern nuntut dinamika lebih tinggi. Tekanan, pressing, dan rotasi bikin pemain di posisi terdalam harus lincah, agresif, dan siap naik nyerang. Mereka sekarang bukan cuma penjaga ritme, tapi juga pemecah kebuntuan.
Baca Juga : Allegri Ambil Keputusan: Begini Skenario Comeback Rafael Leao di Laga Kontra Napoli dan Juventus
Sebagian besar pemain baru, kayak Gravenberch, dateng dari posisi nyerang dan dikonversi ke gelandang bertahan. Dengan kemampuan teknis dan insting nyerang, mereka mampu kasih kejutan dari area yang gak terduga.
Era “Makelele Role” udah berevolusi jadi “Rodri Role”, posisi yang gak cuma jaga keseimbangan, tapi juga nyiptain momentum. Di tangan generasi baru ini, garis tengah jadi sumber daya ofensif yang gak kalah berbahaya!