Isu Penolakan Israel, Tidak Ganggu Panpel & KOI Masih Ingin AWBG di Bali
KOI belum memikirkan opsi tuan rumah untuk pengganti ANOC World Beach Games di Bali. Mereka menilai masih ada peluang terbuka untuk komunikasi.
Hal tersebut disampaikan Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari yang mengomentari kabar adanya penolakan lagi dari Gubernur Bali, I Wayan Koster tentang keikutsertaan Israel di AWBG Bali.
“Indonesia itu negara besar dan Bali merupakan bagian dari Indonesia yang tidak terpisahkan. Saya enggak mau cari alternatif lain dulu sebelum pekerjaannya tuntas,” kata Okto saat jumpa persnya d Kantor KOI, FX Sudirman, pada Kamis (6/4).
Okto menilai belum ada surat pembatalan resmi dari pemerintah Bali yang pihaknya terima secara formal.
“Siapa tahu miss komunikasi. Tapi lebih dari itu pun kami tidak akan berhenti untuk mencarikan solusi, karena kami semua di sini untuk mencari apa yang terbaik untuk Indonesia. Bukan untuk perorangan, kelompok, tapi untuk Indonesia,” ucapnya.
“Indonesia jauh lebih besar dari sebelumnya. Kita sudah menjadi negara bagian dari G7. Kita sudah menjadi tuan rumah dari G20. Sekali lagi, saya mohon kebesaran hati dari semua pihak untuk menghentikan kegaduhan, karena olahraga itu sekali lagi bukan alat pemecah belah, tapi alat pemersatu bangsa,” tegasnya.
Dan pada pernyataan Koster yang menegaskan lagu kebangsaan Israel tidak boleh dinyanyikan di Indonesia.
“Karena telah diatur dalam Peraturan Menteri Luar Negeri, tidak boleh menyanyikan lagu kebangsaan Israel di wilayah Indonesia,” tegas Koster.
Menurutnya, itu sudah diatur pada Peraturan Menteri Luar Negeri. Pasal 151 ayat C Permenlu Nomor 3 Tahun 2019, menyebut penggunaan bendera, lambang, atau atribut lain, serta pengumandangan lagu kebangsaan Israel tidak diizinkan di Indonesia. Karena tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel.
Dengan Israel yang ikut serta di AWBG, bukan tidak mungkin memunculkan gelombang penolakan yang sama seperti di Piala Dunia U-20. Dan juga dapat mempengaruhi kesiapan panitia pelaksana dalam mempersiapkan AWBG tersebut.
Namun, Oktohari mengatakan hal tersebut tidak mempengaruhi persiapan panitia sama sekali.
“Saya berterima kasih kepada semua yang terlibat dalam persiapan AWBG. Karena dengan dinamika dan isu-isu yang terjadi, mereka terus bekerja ingin memastikan bahwa kegiatan ini bisa sukses. Jadi semua opsi-opsi tetap kita buka,” kata Okto dalam jumpa persnya di Kantor KOI, FX Sudirman, pada Kamis (6/4).
“Dan sampai hari ini teman-teman di lapangan masih pada kerja semua. Karena pekerjaan itu kan ada pekerjaan administratif, teknis, dan komunikasi,” ucapnya.
“Kita berkomunikasi dengan stakeholders. Ada 14 cabang olahraga berarti ada 14 internasional federasi yang terlibat. Berarti ada 14 statuta yang kita jalankan plus dua statuta yang lain yaitu statuta ANOC dan IOC. Berarti ada 16 status yang dijalankan dalam multievent ini.”
“Dan saya kira itu semuanya memiliki konsekuensi. Makanya Indonesia terlalu besar untuk dikerdilkan. Dan Indonesia jangan sampai dikucilkan gara-gara olahraga,” kata Okto.