Mundur dari Menpora, Tak Fair Urus Satu Cabor, Amali Ingin Fokus di PSSI
Zainudin Amali mengungkapkan alasan melepas jabatan Menpora dan pilih fokus urus bola. Dia merasa tidak fair dan tidak etis jika hanya urus satu cabor.
Seperti diketahui, Amali memutuskan mundur dari jabatannya sebagai pembantu Presiden RI Joko Widodo. Dia sudah pasti mundur dengan menyerahkan surat kepada Menteri Sekretariat Negara, Praktikno pada Kamis (9/3).
Jika sudah ada pengunduran diri secara tertulis, Amali tetap harus menghadap ke Presiden dan akan direncanakan pada Senin depan.
Keputusan untuk mengundurkan diri ini membuat Amali hanya akan berfokus pada jabatan barunya di PSSI sebagai Wakil Ketua Umum I. Seperti yang diketahui, pada 16 Februari lalu di Kongres Luar Biasa PSSI, Zainudin Amali resmi jadi Wakil dari Erick Thohir.
Dan Zainudin Amali pun menjelaskan alasannya mengambil keputusan untuk mengurus bola dan mundur dari menpora. Hal ini disampaikan di Kantor Menpora, Jakarta pada Jumat (10/3)
“Ceritanya panjang, sehingga saya memutuskan harus fokus dan konsentrasi (pada sepakbola) walau ada teman-teman yang sedih, sedih karena saya akan masuk ke area yang luar biasa tantangannya,” kata Amali.
“Begini, ketika tragedi Kanjuruhan, semua kita bersedih, berduka. Sepakbola kita turun sampai ke titik bawah. Caci maki saling menyalahkan dan berbagai macam, muncul pada saat itu. Termasuk saya, dicaci maki, dibully, diminta mundur, diminta dipecat,” Amali bercerita.
“Tapi bukan itu yang akhirnya membuat kita semua berpikir bahwa sepakbola harus jadi baik. Ketika kedatangan presiden FIFA Gianni Infantino bertemu dengan Bapak Presiden Joko Widodo.”
“Yang disampaikan dia, kita boleh bersedih berduka merasa prihatin, tapi kita tak boleh berhenti berdebat. Sepakbola harus naik, harus menatap ke depan. Makanya Gianni waktu itu minta main bola, yang akhirnya dibully banyak orang karena main bola bareng PSSI.”
“Saya sempat tanya ke Gianni, dalam keadaan sedih berduka, Anda kok memperlihatkan keceriaan. Itu tidak lazim di negeri kami. Dia bilang, ‘Pak Menteri, kita semua berduka, seluruh dunia, football family. Tapi apa menyelesaikan soal dengan begitu? Tidak, kita tetap berduka, bersedih tapi sepakbola harus ke depan. Jangan kita larut dalam kesedihan kemudian tak berbuat apa apa’. Saya kira filosofinya sangat dalam apa yang disampaikan Gianni,” dia menjelaskan.
“Dan pada saat pertemuan dengan Jokowi, Gianni menyampaikan kita akan jadikan Indonesia sebagai episentrum sepakbola Asia. Salah satunya selain Qatar. Bahkan Presiden Jokowi tanya apa iya, bagaimana bisa? Saya sampaikan, beliau (Gianni) pasti tahu dan ada hitungannya. Kita kerjakan saja,” ujarnya.
“Dan seterusnya beliau meminta untuk bentuk transformasi. Ada FIFA, AFC, dan maju lagi akan berkantor di Jakarta. Artinya ini serius. FIFA nya serius, AFC serius, Indonesia akan maju. Padahal sepakbola menurut survei digemari 70 persen rakyat Indonesia, tapi tak diurus dengan baik,”
“Pak Presiden sampaikan sejak 2015 ingin sepakbola maju. Bahkan beliau sampai terbitkan Inpres bola. Dari diskusi itu, saya menyimpulkan harus ada orang yang serius fokus untuk mengurus sepakbola. Itu kira kira,” Jelas Zainudin Amali.